Gadis kecil nan mungil ini bercita-cita ingin menjadi dokter, sungguh cita-cita yang mulia bukan? Nama gadis ini adalah Habibatul Fasihah. Di rumah ia biasa di panggil Fasih, namun di lingkungan teman-temannya ia biasa di panggil Habibah. Saat di tanya mengapa ingin menjadi dokter, dengan lugu dan polosnya ia menjawab "Habibah ingin ngobatin ibu, Habibah ingin ngobatin ayah, ingin ngobatin teman-teman Habibah semua." Kami yang hadir di penjamuan sore itu seketika menjadi haru, Ibu Habibah yang mendengarpun tak kuasa menahan buncahan air mata, sembari meneruskan bercerita tentang keadaan Habibah yang makin hari makin memprihatinkan. Saat ini Habibah menginjak usianya yang ke-5 Tahun lebih 3 bulan. Ibunya, yang akrab di panggil bu Leni bertutur, "Habibah adalah anak yang kuat, meski keadaannya seperti ini, sedikitpun ia tidak pernah mengeluh, ia tidak pernah minder bergaul dengan teman-temannya yang lain yang berada dalam kondisi normal, habibah gemar mendengarkan dongeng, tak jarang ia menceritakan kembali setiap dongeng-dongeng yang di dengarnya. Habibah juga senang sekali menggambar dan mewarnai." Bu leni adalah salah seorang mantan atlet dayung perahu naga yang dulu pernah mewakili Indonesia di ajang Sea Games dan meraih 2 medali emas dan 2 perak pada SEA Games 1997 serta 1 emas dan 3 perak pada SEA Games 1999.
Habibah tidak bersekolah seperti kebanyakan anak-anak lainnya, Habibah tidak bisa bepergian jauh, tidak bisa terkena terik mentari secara langsung, tidak bisa duduk di permukaan yang tidak empuk, jika habibah merasa gatal, maka bagian tubuhnya akan lecet-lecet, karna secara tidak sadar Habibah akan terus menggaruk. Habibah seringkali terjatuh, saat ia jatuh akan selalu ada beberapa bagian tubuhnya yang terkelupas dan berdarah, tekstur kulit yang teramat tipis, merupakan problem utama dari sakit yang di derita Habibah sejak ia di lahirkan, "EPIDERMOLUSIS BULOSA" itu sebutan bagi penyakitnya. Ikhtiar sudah sangat dilakukan oleh orang tua Habibah, do'a-do'a senantiasa meluncur ke langit dengan cepat, kepasrahan akan apapun dari Tuhan senantiasa di lakukan. Ibu dan Ayah Habibah menerima semua yang Tuhan titipkan, Habibah adalah jembatan yang akan menghantarkan mereka berdua menuju Jannatullah, selalu ada hikmah dalam setiap musibah, Habibah adalah ladang kesabaran dan kekuatan bagi Ibu dan Ayahnya. Bu Leni berkata "Saya mensyukuri atas apa yang Allah titipkan kepada saya dan suami saya, Habibah adalah Mutiara bagi keluarga kami."
Tahukah? Habibah pernah di bawa ke Singapore oleh Crew Hitam Putih, waktu itu mereka berencana akan mmembantu pengobatan dan perawatan yang layak bagi Habibah, namun karena beberapa kendala, terutama terkait dana yang teramat besar, sekitar 1M, Habibah akhirnya terpaksa dibawa kembali ke Indonesia, dan menjalani cek up rutin 3 bulan sekali di RSCM melalui dana bantuan BPJS yang waktu itu hanya berlaku di Jakarta. Sempat beberapa kali Habibah rutin cek up Ja,mbi - Jakarta, namun tidak bertahan lama, dana yang besar membuat orang tua Habibah terpaksa hanya melakukan pengobatan alakadarnya di Jambi. Mengingat BPJS yang ada tidak berlaku untuk wilayah Jambi. Hingga kini, penanganan rutin hanya di lakukan dirumah tempat Habibah dan Keluarganya berdiam diri.
Satu lagi yang spesial menurut saya dari sosok Habibah, sikap santun dan lemah lembutnya. Beberapa kali saya selalu lupa dan menyodorkan tangan saya agar ia mau bersalaman dengan saya, Habibah enggan, ia pun bertutur "Habibah ga mau salaman, nanti tangan habibah lecet. Habibah maunya tos aja" sambil tersungungut-sungut ia terus berusaha berkata. "Okedeh kalo gitu kita tos aja, anak pinter" ucap saya.
Baiklah, sebagai penutup tulisan ini. Sudah seyogyanya kita yang telahir sempurna senantiasa bersyukur atas segala yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita. Kita diberi jari-jari yang genap untuk mendekap, kulit yang kuat untuk bertahan dari segala macam iklim, wajah yang rupawan nan elok, pun lain sebagainya. Mulailah kita coba hari ini untuk berkaca, melirik sekeliling kita. Melakukan hal-hal kecil yang bermanfaat bagi orang lain. Mungkin tulisan ini tidaklah menyentuh hati sama sekali, karna memang saya tidak pandai dalam merangkai kata-kata, namun izinkan saya berbagi informasi dan pengalaman ini. Semoga ada 1 saja di antara kita yang tergugah untuk berfikir, kita jauh lebih beruntung di bandingkan yang lain, di bawah kita.
*Aksi peduli sesama ini merupakan salah satu program yang insha Allah akan rutin Komunitas Sahabat Ilmu Jambi laksakan. Ada banyak problematika sosial yang terus bermunculan di sekitar kita, ya kami memang di berikan dua tangan yang kekar, oleh sebab itulah kami berusaha memikul beban yang berat. Tidak berat untuk diri kami sendiri, melainkan untuk orang-orang disekitar kami. Bukankah sesama Muslim adalah saudara? Bukankah Muslim yang baik adalah yang memberi manfaat bagi sesama? Bukankah Rasulnya umat Muslim senantiasa mencontohkan teladan yang baik? Bahkan ketika seorang nenek Yahudi Tua, Buta mencaci makinya pun ia senantiasa berlemah lembut? Bukankah setiap 1 yang kita beri akan di balas dengan 10 hingga 700 kali lipat? Bukankah harta yang di belanjakan di jalan Allah tidak akan berkurang melainkan akan senantiasa bertambah, bertambah dan bertambah? Bukankah Islam hadir sebagai rahmat bagi semesta alam? Bukankah kelak di akhirat kedudukan kita dan anak-anak yatim yang kita santuni seperti dekatnya jari telunjuk dan jari tengah tangan kita? Lakukan, ayo kita lakukan semua kebaikan itu. Ayo kita tuntaskan satu persatu kesulitan saudara kita itu. Kita angkat tinggi-tinggi kepedulian kita. Kita berikan yang terbaik untuk agama, bangsa dan negara kita. Allah SWT senantiasa bersama kita. Insha Allah.
Oleh : Muhammad Sopian
Post a Comment
Post a Comment