Ketika rasa skeptis akan hadirnya komunitas sosial di Jambi terhadang, dan pada akhirnya saya percaya komunitas ini mampu berjalan dikarenakan dukungan dari berbagai pihak, hingga 5 Agustus 2012 kemarin menjadikan SIJ genap berusia 1 tahun, adalah sesuatu hal yang patut disyukuri. Impian itu ada, nyata, dan karena mereka.
SIJ lahir karena kegelisahan saya melihat kenyataan bahwa mahasiswa di sekitar saya kurang hobi membaca dan menulis. Pun itu didukung dengan adanya kegiatan sosial yang kurang muncul di Jambi. Ditambah pula melihat kondisi anak-anak kurang beruntung sulit mengakses bahan bacaan yang teramat tinggi harganya. Di satu sisi pula saya melihat pemuda di Muaro Jambi gencar melakukan kegiatan belajar gratis Sekolah Alam Raya (bang Borju) dan perpustakaan masyarakat yang hanya dijalani satu pemuda (bang Sarbini). Kemudian kegelisahan ini saya lontarkan kepada kak Meila, teman sekaligus kakak terunyu selama bekerja di Jambi Ekspres dulu. Ketertarikan yang tinggi terhadap membaca buku dan menulis juga menyerupai saya dengannya. Walhasil, ide ini dimatangkan dan dilemparkan ke Facebook dan Twitter. Responnya? Sungguh di luar dugaan, banyak anak muda Jambi yang tertarik bergabung menjadi relawan.
Kemudian kami kopdar di Unja Telanai pada 5 Agustus 2011, saat itu siang menjelang sore, dimana kami harus berpuasa di sela-sela kegiatan. Sekitar 10 anak muda berkumpul (seingat saya, namun saya lupa nama-namanya, masih sedikit samar-samar), kami membahas SIJ, visi misi dan tujuan serta kegiatan yang akan dilaksanakan. Akhirnya kami sepakat untuk mendampingi anak-anak di panti asuhan, tepatnya Panti Asuhan Darul Aitam dan Panti Asuhan Madinatul Aitam. Di satu sisi kami juga memberikan pelatihan kepada beberapa relawan yang pada waktu itu tertarik bergabung. Setelah konsep berjalan selama 1 bulan, kemudian pendampingan untuk meningkatkan minat membaca dan menulis di dua panti asuhan itu dimulai pada pertengahan September. Pendampingan yang dilaksanakan setiap hari sabtu selama 2 jam (15.00-17.00 WIB) tersebut belum seratus persen sesuai yang diharapkan kala itu, karena kami harus mencocokkan diri dengan kepribadian adik asuh. Pun di sisi lain kami terbatas pada kemampuan mendampingi. Hanya saja, saya hajar semua yang ada, saya katakan kepada teman bahwa kita bisa belajar apa yang kurang untuk dibenahi, jadi ya maju saja.
Selain bagi relawan, adik asuh tidak luput dari perhatian kami. Beberapa program yang dijalankan bagi adik asuh selain pendampingan adalah Dare to Dream dan pelatihan. Meski kami belum memberikan pelatihan yang intensif kepada adik asuh, tapi program Dare to Dream agaknya membuat mereka mulai memikirkan bagaimana seharusnya cita-cita itu ada di hidup mereka. Ya, kami ingin membangkitkan impian dan cita-cita mereka yang mungkin saja terbentur dengan kondisi mereka. Maka lahirlah Dare to Dream, program dimana kami mendatangkan anak muda Jambi berprestasi yang telah menggapai impiannya. Mereka yang pernah berkesempatan hadir adalah Bona (pelukis), Dion (guru), dan Wawan (motivator). Program yang berlangsung selama dua jam ini diharapkan mampu menginspirasi adik asuh untuk berani bermimpi, setidaknya mereka mampu mengubah keadaan mereka menjadi lebih baik ketika mereka berusaha menggapai cita-cita.



Pemberitaan melalui media itu otomatis membuat SIJ semakin dikenal dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak (meski hingga saat ini kami belum bekerja sama dengan pihak berlatar belakang pendidikan).
Di umur yang menginjak 1 tahun kemarin (5 Agustus) telah banyak membuat kami bersyukur sebagai komunitas sosial pendidikan yang konsisten menyuarakan pendidikan bagi kalangan grass root (akar rumput). Pendampingan di panti asuhan pun menunjukkan perkembangan yang lumayan baik, tercatat beberapa adik asuh kini mulai serius belajar, hobi membaca dan menulis, serta mau mengembangkan dirinya sesuai kecerdasan yang mereka miliki. Simpatisan dari dunia nyata maupun social media tidak berhenti mengalir untuk kami. Pun yang membuat saya bahagia adalah, semakin banyak anak muda Jambi yang menyadari pentingnya peran mereka sebagai changemaker (pembaharu) untuk berkontribusi aktif dan berbagi ilmu dengan kalangan kurang beruntung, disamping mereka juga butuh waktu untuk menyenangkan diri sendiri. Meski begitu, dampak positif ini belum seratus persen baik, saya menyadari disana sini masih terdapat banyak kekurangan yang perlu dibenahi. Contohnya soal pendampingan. Relawan pengin pendampingan di periode kedua ini dihadirkan dengan cara lebih fun, praktis, dan sambil belajar pula. Saya dan teman-teman pun berusaha mencari solusi ini bersama-sama, agar relawan dan adik asuh tidak jenuh dengan jenis pendampingan yang selama ini dilaksanakan. Di satu sisi, tentu harus ada tolak ukur yang jelas bagaimana anak sudah meningkat minat membaca dan menulisnya. Mengingat pula selama ini kami hanya melakukan pengamatan saja tanpa menuliskan perkembangan dari tolak ukur yang sudah ditetapkan. Pendampingan juga akan melibatkan beberapa praktisi pendidikan dan kewirausahaan, serta melihat sisi kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap anak. Di sisi lain, tentu kepengurusan periode baru dan pembenahan internal SIJ akan dilaksanakan pula secepatnya. Saya pengin teman-teman bisa lebih berkomitmen dengan keputusan yang telah mereka ambil. Setidaknya kalau program ini berhasil secara maksimal, ini berkat relawan pula bukan? Berbagai hal sudah banyak terlintas di benak saya dan teman-teman ketika rapat sebelumnya, insyaallah akan direalisasikan secepatnya setelah lebaran nanti. Ya, ini PR bagi kami yang harus secepatnya diselesaikan.

Post a Comment
Post a Comment